SELAMAT DATANG ... :)

Selasa, 26 Februari 2013

Petualangan Libur Sekolah


Petualangan Libur Sekolah


W
aktu itu memang saat di mana kami sedang liburan kenaikan kelas. Aku dan teman-teman telah merencanakan kegiatan cycling ke Gua Selarong sejak beberapa hari sebelumnya. Hari itupun tiba. Aku berencana meminjam sepeda di rumah nenekku karena sepedaku sedang rusak. Setelah meminjam sepeda, aku berangkat menuju Bendungan Sudo.  Bendungan itu terletak di Sungai Progo. Dan di sana telah ada dua temanku yaitu Arif dan Rangga yang datang terlebih dahulu. Kemudian kami memutuskan untuk bertemu dengan teman-teman lainnya yang ada di sekolah. Sesampainya di sana, ternyata mereka belum sampai dan masih di perjalanan. Beberapa menit kemudian, mereka datang. “Hei, sudah lama menunggunya?” sapa Arifin, Wisnu, dan Diky bersama-sama.  “Tidak kok !” jawabku. “ Sekarang kita menjemput Megy saja yuk, katanya dia mau ikut kita,” ajak Rangga dan Arif. “Ya, baiklah,” jawab aku dan teman-teman yang lain.
Kemudian kami menuju Bundaran Srandakan. Aku, Diky, Wisnu, dan Arifin menunggu di sebelah utara Bundaran, sedangkan Arif dan Rangga yang menjemput Megy. Rumah Megy memang tidak jauh dari tempat itu. Setelah seperempat jam menunggu, akhirnya Megy bersama Arif dan Rangga tiba. Karena semua teman sudah berkumpul, kami memutuskan untuk segera berangkat menuju Gua Selarong agar tidak terlalu kesiangan. Kami lewati jalanan lurus dan juga naik turun. Udara panas membuat tenggorokan kami kering. Lelah mulai terasa, tetapi kami tetap semangat. Kami lewati desa-desa dan jalan raya. Kadang-kadang, kami juga bingung, jalan mana yang mau dipilih. Tetapi pada akhirnya, kami sampai di gerbang menuju Gua Selarong. Rasa lelah pun telah berganti kebahagiaan. Kemudian, kami memakirkan sepeda masing-masing, dan tak lupa membayar tiket masuknya. Itu adalah pertama kalinya aku mengunjungi Gua Selarong. Dan menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagiku. Saat kami berjalan, terlihat beberapa pedagang yang mulai menjajakan dagangannya. Kami hentikan langkah kami di sebuah sendang. Terlihat di sana air yang mengering dan berbagai sampah yang berserakan. Kemudian kami menuju air terjun. Di sana kami bermain-main dengan menaiki batu-batu besar dan juga mengambil foto-fotonya.
Setelah puas bermain, kami menaiki tangga-tangga. Dan sampailah kami di tingkatan kedua. Di sana ada Gua yang bernama Gua Kakung dan Gua Putri. Dan konon katanya, gua-gua itu digunakan oleh Pageran Diponegoro untuk bersembunyi dari serangan Belanda. Gua itu memang tidaklah terlalu dalam lubangnya, tetapi gua itu menyimpan sejarah yang sangat panjang. Setelah melihat gua, kami menaiki tangga dan mencapai puncak yang paling atas. Di sana terdapat sebuah gardu yang bisa digunakan untuk beristirahat. Di sana kami makan makanan kecil yang dibawa dari rumah dan beristirahat sebentar.

Setelah itu, naluri jelajah kami mulai muncul. Kami penasaran ingin mengetahui di mana makam Mbah Machfud dan makam Mbah Soleh berada. Kami berjalan menyusuri jalan yang berbatu dan sepi. Bolak-balik kami mencarinya. Tetapi entah kenapa, kami tidak menemukannya, walaupun kami sudah membaca denah yang ada. Karena putus asa dan lelah, kami kembali ke gardu untuk beristirahat.

Kemudian kami turun dan kembali ke tempat parkiran sepeda. Di sana kami berfoto dan bercanda bersama dengan perasaan senang. Karena waktu  sudah menunjukkan pukul satu siang, kami pun tidak lupa untuk salat dzuhur dahulu. Tak jauh dari tempat parkiran, ada sebuah mesjid. Lalu kami shalat di mesjid itu. Setelah selesai salat , kami beristirahat dan tiduran sebentar. Kemudian saat tenaga mulai terkumpul, kami bergegas mengambil sepeda kami. Semuanya mulai menaiki sepeda, tetapi tidak tahu ke mana kita akan pergi. “Gimana kalau kita ke rumahnya Udin, terus kita makan buah melon di sana,” usul Rangga kepada teman-teman. “O ya, kami setuju itu,” jawab teman-teman lain.
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke rumahku. Kami menyusuri jalanan yang panjang dan panas. Jalan pulang ini berbeda dengan jalan waktu berangkat. Kami merasa lelah, tetapi tetap menikmati perjalanan yang cukup menarik ini. Banyak debu dan asap kendaraan menerpa, tapi tak sedikitpun menggoyahkan tekad kami. Perjalanan pulang memang terasa lebih cepat dari pada keberangkatannya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, kami akhirnya tiba di Sungai Progo. Di sana terdapat perahu atau gethek yang terbuat dari bambu. Perahu itu dikemudikan oleh beberapa orang dengan menggunakan bambu panjang. Saat perahu tiba, kami naikkan sepeda-sepeda kami. Banyak juga selain kami yang naik di perahu itu. Perahu itu digunakan karena jembatan yang terbuat dari bambu telah rusak terkena arus air yang kuat. Untuk sebagian teman-temanku, itu adalah pengalaman pertama mereka naik perahu bambu dan mereka merasa senang.
Sampai di seberang sungai, berarti telah sampai di Kulon Progo. Kemudian kami turun dan membayar biaya transportasinya, setiap sepeda seribu rupiah. Aku pun mengajak mereka untuk segera naik sepeda dan melanjutkan perjalanan ke rumahku. ”Ayo, nanti kesorean, kalian ikuti Aku dan Arif, lewati saja jalan ini,” ajakku. Lalu kami menaiki sepeda kami dan mulai bersepeda kembali. Sekitar tiga kilometer lagi kami sampai di rumahku. Kami kencangkan laju sepeda kami. Beberapa jalan ada yang naik turun dan juga ada yang rusak. Tapi kami tetap melewatinya dengan hati yang riang. Canda tawa di jalan menemani kami agar kami tidak cepat merasa bosan.
Sedikit-demi sedikit kami pun hampir sampai. Saat berada di sebuah turunan, temanku yang bernama Arifin atau sering kami panggil Ipin telah melaju dengan cukup kencang. Dia hampir menabrak truk pengangkut melon yang sedang parkir. Tak tau kenapa, dua kali ke rumahku, dua kali juga dia hampir menabrak truk melon. Ya mungkin karena saat itu rem sepedanya sedang rusak.
Lalu sampailah kami di rumahku. Saya dan teman-teman memakirkan sepeda di halaman rumah dan segera masuk ke rumahku. Di sana aku menawari teman-temanku untuk makan buah melon. Kebetulan waktu itu sedang panen buah melon. “Silahkan, ayo melonnya dimakan,” tawarku kepada teman-teman. “Oya jelas, tentu kami tidak akan sungkan menghabiskannya,” sahut salah seorang temanku. Suasana senang dan tawa bercampur menjadi satu. Dan itu membuat kenangan yang indah untuk tidak bias dilupakan. Selesai makan, aku dan teman-teman bermain sepak bola di halaman rumah.
Setelah itu, kami beristirahat sebentar dan melanjutkan untuk makan. Semuanya selesai, teman-temanku berpamitan untuk pulang karena sudah lelah dan sudah sore. “Karena sudah sore, kami pulang dulu, ya, Din,” pamit teman-temanku. “Ya, baiklah, hati-hati di jalan, karena banyak jalan yang terjal,” jawabku kepada mereka. Mereka pun pulang dengan mengayuh sepedanya masing-masing. Dan itu menjadi akhir petualangan kami di hari itu. Walaupun melelahkan, tetapi tetap menyenangkan dan mengesankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar